gelandangan, kemiskinan,kota,kontras, terlantar, masih ada warga batam yang hidup dan tinggal disebuah halte pinggir jalan.
Jendelakepri.com - Batam, Kota Bandar Madani yang notabene banyak para pekerja di industri -industri besar dan mempunyai kehidupan yang layak, namun masih saja kita jumpai para pengamen dan pengemis di jalan raya, Tidak itu saja, kota Batam yang dikatakan sebagai kota industri yang pertumbuhannya dibilang berkembang pesat ternyata menyimpan kehidupan yang pahit seperti yang dialami seorang ibu dan anaknya yang hidup dan tinggal disebuah halte. (17/11/2015)
Seorang Ibu yang hidup dan tinggal dengan anaknya disebuah halte
Menurut para penjual koran dan penjual asongan yang berada disekitar halte tersebut, mengatakan "Ibu dan seorang anak telah hidup dan tinggal di halte selama kurang lebih 3 bulan. wanita/Ibu tersebut menolak untuk diwawancarai, namun diketahui ia bernama "W"(inisial) wanita asal Garut Jawa Barat ,dengan satu orang anak, ia ditinggalkan suaminya (sholeh). Suaminya lebih memilih menelantarkannya. dan hidup dengan wanita lain.
Keadaan ini sungguh ironis "kontras" dengan apa yang dikampenyakan pemerintah kota Batam, tentang kesehatan dan kehidupan layak. Hendaknya pemerintah bisa menampung - menanggung masyarkat yang masih hidup dipinggiran jalan sesuai yang tertera di UUD pasal 34 - 1 " Fakir miskin dan anak - anak terlantar dipelihara oleh negara 2"Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. (gy.pd/btm)
COMMENTS